John Carter
INFO :
Kurangnya penjelasan logis menjadikan film John Carter kurang menggigit.
Ibaratnya meracik resep, menggabungkan berbagai unsur bukanlah jaminan kualitas jika tidak sesuai takaran. Inilah yang terjadi di film John Carter, produksi Walt Disney. Film yang diangkat dari kisah A Princess of Mars karya Edgar Rice Burroughs ini mencoba mengumpulkan semua formula film petualangan.
Disutradarai Andrew Stanton yang lebih banyak menggarap film-film animasi, John Carter menggabungkan berbagai unsur film-film petualangan. Kita akan mendapatkan kesan sedikit Star Wars, Indiana Jones, hingga The Lord of the Rings di dalam film yang juga ditulis skenarionya oleh Stanton bersama Mark Andrews dan Michael Chabon.
Kisah John Carter sebenarnya sederhana. John Carter (diperankan Taylor Kitsch) adalah mantan tentara sipil Amerika pada tahun 1868. Ia membelot dan saat dalam sebuah pengejaran, tanpa sengaja ia masuk ke dalam sebuah gua yang ditakuti oleh suku Indian.
Di dalam gua itulah, Carter tanpa sengaja melintasi ruang dan tiba-tiba tersadar di sebuah daratan seperti gurun. Di daratan ini, Carter mendapati tubuhnya bisa meloncat tinggi. Ia bahkan kesulitan melangkah menapak tanah.
Saat di gurun inilah ia ditangkap makhluk aneh berwarna hijau dengan tanduk di hidungnya. Dalam waktu singkat Carter terlibat dalam petualangan ajaib yang tak hanya mengantarnya bisa berkomunikasi dengan makhluk itu tapi juga bertemu Dejah Thoris (Lynn Collins), yang memberitahunya bahwa ia saat ini berada di Mars, planet yang oleh penduduk di situ disebut Barsoom. Sementara Bumi disebut Jarsoom oleh penduduk Mars.
Di Barsoom inilah, Carter tiba-tiba terjebak dalam perang antara kerajaan Helium dan Zodanga yang jika dimenangkan oleh Zodanga, Barsoom akan hancur. Dejah Thoris sendiri ternyata putri kerajaan Helium yang memegang kunci untuk menyelamatkan Barsoom. Pasalnya, Dejah juga seorang ilmuwan. Temuannya itu mengkhawatirkan pihak-pihak yang menginginkan planet Mars hancur.
Sebagai manusia bumi, Carter memiliki kekuatan yang terbilang ajaib untuk penduduk Barsoom. Ia tak hanya bisa meloncat sangat tinggi karena perbedaan tingkat gravitasi antara bumi dan Mars, namun juga kekuatan fisik yang membuatnya sangat kuat.
Jika biasanya kita menghadapi sosok superhero berasal dari kekuatan lain di luar bumi, film John Carter membalikkan kebiasaan tersebut. Dengan kemanusiaan buminya, Carter menjadi sosok pahlawan super di Mars.
Seharusnya keunikan cerita ini bisa digarap menjadi film yang melanjutkan kejayaan film-film kolosal. Sayangnya, terdapat sejumlah kelemahan di sana-sini. Salah satunya untuk motif cerita. Kepentingan pihak tertentu untuk menghancurkan Mars tak diungkapkan secara jelas.
Kurang dijelaskan pula tentang teori bagaimana Carter bisa melintasi waktu untuk sampai ke Mars dalam waktu singkat. Setidaknya penjelasan yang bisa diterima akal sehat.
Selebihnya, seperti film-film Walt Disney lainnya yang berhasil menyisipkan komedi dalam kisah-kisah petualangannya, film John Carter juga lumayan sering membuat penonton tertawa. Situasi dan sejumlah dialog mampu membuat penonton terhibur, khas kekuatan Stanton yang dua kali meraih Oscar lewat Wall E dan Finding Nemo.
Dari segi visual, film ini memikat mata dengan warna-warna mencolok khas planet Mars yang sering dijuluki planet merah. Belum lagi penokohan karakter-karakter uniknya. Meski tersedia dalam format 3 Dimensi, tak banyak perbedaan antara format orisinil maupun 3 Dimensi-nya.
#Sumber :
http://id.berita.yahoo.com/john-carter-kisah-petualangan-tawar-di-panasnya-mars-082557756.html
Ibaratnya meracik resep, menggabungkan berbagai unsur bukanlah jaminan kualitas jika tidak sesuai takaran. Inilah yang terjadi di film John Carter, produksi Walt Disney. Film yang diangkat dari kisah A Princess of Mars karya Edgar Rice Burroughs ini mencoba mengumpulkan semua formula film petualangan.
Disutradarai Andrew Stanton yang lebih banyak menggarap film-film animasi, John Carter menggabungkan berbagai unsur film-film petualangan. Kita akan mendapatkan kesan sedikit Star Wars, Indiana Jones, hingga The Lord of the Rings di dalam film yang juga ditulis skenarionya oleh Stanton bersama Mark Andrews dan Michael Chabon.
Kisah John Carter sebenarnya sederhana. John Carter (diperankan Taylor Kitsch) adalah mantan tentara sipil Amerika pada tahun 1868. Ia membelot dan saat dalam sebuah pengejaran, tanpa sengaja ia masuk ke dalam sebuah gua yang ditakuti oleh suku Indian.
Di dalam gua itulah, Carter tanpa sengaja melintasi ruang dan tiba-tiba tersadar di sebuah daratan seperti gurun. Di daratan ini, Carter mendapati tubuhnya bisa meloncat tinggi. Ia bahkan kesulitan melangkah menapak tanah.
Saat di gurun inilah ia ditangkap makhluk aneh berwarna hijau dengan tanduk di hidungnya. Dalam waktu singkat Carter terlibat dalam petualangan ajaib yang tak hanya mengantarnya bisa berkomunikasi dengan makhluk itu tapi juga bertemu Dejah Thoris (Lynn Collins), yang memberitahunya bahwa ia saat ini berada di Mars, planet yang oleh penduduk di situ disebut Barsoom. Sementara Bumi disebut Jarsoom oleh penduduk Mars.
Di Barsoom inilah, Carter tiba-tiba terjebak dalam perang antara kerajaan Helium dan Zodanga yang jika dimenangkan oleh Zodanga, Barsoom akan hancur. Dejah Thoris sendiri ternyata putri kerajaan Helium yang memegang kunci untuk menyelamatkan Barsoom. Pasalnya, Dejah juga seorang ilmuwan. Temuannya itu mengkhawatirkan pihak-pihak yang menginginkan planet Mars hancur.
Sebagai manusia bumi, Carter memiliki kekuatan yang terbilang ajaib untuk penduduk Barsoom. Ia tak hanya bisa meloncat sangat tinggi karena perbedaan tingkat gravitasi antara bumi dan Mars, namun juga kekuatan fisik yang membuatnya sangat kuat.
Jika biasanya kita menghadapi sosok superhero berasal dari kekuatan lain di luar bumi, film John Carter membalikkan kebiasaan tersebut. Dengan kemanusiaan buminya, Carter menjadi sosok pahlawan super di Mars.
Seharusnya keunikan cerita ini bisa digarap menjadi film yang melanjutkan kejayaan film-film kolosal. Sayangnya, terdapat sejumlah kelemahan di sana-sini. Salah satunya untuk motif cerita. Kepentingan pihak tertentu untuk menghancurkan Mars tak diungkapkan secara jelas.
Kurang dijelaskan pula tentang teori bagaimana Carter bisa melintasi waktu untuk sampai ke Mars dalam waktu singkat. Setidaknya penjelasan yang bisa diterima akal sehat.
Selebihnya, seperti film-film Walt Disney lainnya yang berhasil menyisipkan komedi dalam kisah-kisah petualangannya, film John Carter juga lumayan sering membuat penonton tertawa. Situasi dan sejumlah dialog mampu membuat penonton terhibur, khas kekuatan Stanton yang dua kali meraih Oscar lewat Wall E dan Finding Nemo.
Dari segi visual, film ini memikat mata dengan warna-warna mencolok khas planet Mars yang sering dijuluki planet merah. Belum lagi penokohan karakter-karakter uniknya. Meski tersedia dalam format 3 Dimensi, tak banyak perbedaan antara format orisinil maupun 3 Dimensi-nya.
#Sumber :
http://id.berita.yahoo.com/john-carter-kisah-petualangan-tawar-di-panasnya-mars-082557756.html
SCREENSHOT :
jangan Lupa Like FB-nya!! atau klik DISINI!
Untuk Download Klik gambar QR code di bawah!!
PASSWORD Tinypaste :
Shimpel.blogspot.com
Ucapankan terimakasih anda dengan klik salah satu iklan dibawah!! TERIMA KASIH!!
0 comments:
Post a Comment