PENGANTAR
Mata kuliah Akuntansi Pengantar diajarkan pada semua pendidikan tinggi ekonomi di Indonesia, baik pada Program S1 maupun Program D3, untuk semua jurusan. Sebagai mata kuliah yang diajarkan pada semester pertama di tahun pertama, tidak disangsikan lagi mata kuliah ini memegang peranan penting dan menentukan dalam mengantarkan para mahasiswa yang akan mempelajari akuntansi dan mata kuliah lain yang berkaitan pada tahapan berikutnya. Sebagai mata kuliah pengantar, mata kuliah ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar atau fundamen kepada para mahasiswa. Oleh karena itu bangunan pengetahuan akuntansi yang dimiliki mahasiswa kelak, akan banyak dipengaruhi oleh keberhasilan pembelajaran mata kuliah ini sebagai fundamennya.
Peranan yang sangat penting ini seringkali kurang disadari oleh para pengelola perguruan tinggi ataupun dosen pengajarnya. Mata kuliah ini sering dipandang sebagai mata kuliah akuntansi yang paling mudah dengan tingkat kesulitan paling rendah bila dibandingkan dengan mata kuliah akuntansi lain yang diajarkan pada tahapan berikutnya. Pandangan ini sering mengakibatkan tugas mengajar mata kuliah ini diserahkan kepada dosen muda yang masih kurang berpengalaman mengajar, bahkan di beberapa perguruan tinggi diajarkan oleh asisten dosen.
Makalah ini saya susun sebagai sumbangan fikiran untuk memperbaiki mutu pembelajaran matakuliah Akuntansi Pengantar di perguruan tinggi yang disusun semata-mata berdasarkan pengalaman mengajar matakuliah ini selama bertahun-tahun. Mengingat bahwa saya tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan tentang tehnik dan metodik mengajar, maka sesuai dengan judulnya, makalah ini hanya berisi sorotan terhadap beberapa bagian dari pembelajaran Akuntansi Pengantar, khususnya pembelajaran Akuntansi Pengantar I, yang menurut pendapat saya harus lebih dicermati oleh para pengajar.
Saya tidak berpretensi memiliki kemampuan mengajar lebih baik dari para peserta seminar ini. Oleh karena itu saya berharap agar apa yang dikemukakan dalam makalah ini dapat menjadi bahan diskusi untuk memperbaiki mutu pembelajaran Akuntansi Pengantar di perguruan tinggi masing-masing.
Saya tidak membahas mengenai pembelajaran Akuntansi Pengantar II, bukan karena tidak ada persoalan, tetapi karena masalah yang paling mendasar justru terdapat pada pembelajaran Akuntansi Pengantar I. Pembagian mata kuliah Akuntansi Pengantar menjadi Akuntansi Pengantar I dan Akuntansi Pengantar II didasarkan pada kurikulum nasional dan silabi yang berlaku selama ini.
PESERTA MATA KULIAH AKUNTANSI PENGANTAR
Keberhasilan pembelajaran suatu mata kuliah antara lain akan ditentukan oleh pemahaman dosen/pengajar tentang siapa peserta mata kuliah yang bersangkutan. Dengan memahami hal ini dosen akan dapat membayangkan latar belakang pengetahuan yang dimiliki para peserta dan apa yang diharapkan atau apa yang sebaiknya diberikan kepada para peserta.
Di atas telah disinggung bahwa mata kuliah Akuntansi Pengantar diberikan pada hampir semua jurusan yang ada pada pendidikan tinggi Ekonomi di Indonesia. Mata kuliah ini umumnya ditawarkan pada semester pertama di tahun pertama. Oleh karena itu peserta mata kuliah ini pada umumnya adalah para mahasiswa baru yang baru saja lulus dari sekolah menengah umum atau sekolah menengah kejuruan. Pada umumnya mereka masih asing dengan segala hal yang dijumpainya di perguruan tinggi, termasuk dalam proses belajar-mengajar yang sama sekali lain dari apa yang selama ini mereka alami. Hal ini perlu disadari oleh para dosen, terutama pada minggu-minggu pertama. Dosen harus mengatur cara dan kecepatan mengajarnya sehingga tidak terlalu mengejutkan para mahasiswa baru yang sedang beradaptasi dengan lingkungan baru.
Dilihat dari sudut pengetahuan yang mereka miliki pada saat memasuki perguruan tinggi, umumnya selama di SMA mereka telah mengenal akuntansi yang materinya mencakup siklus akuntansi. Dengan demikian bisa diduga bahwa mereka tidak buta sama sekali tentang akuntansi. Namun yang perlu diwaspadai dosen adalah keanekaragaman mutu pembelajaran akuntansi di SMA. Cara mengajar yang tidak tepat di SMA bisa berakibat buruk terhadap keberhasilan pembelajaran yang diberikan dosen di perguruan tinggi, karena mahasiswa sudah terlanjur memperoleh pemahaman yang keliru dan hal ini kadang-kadang sukar diperbaiki. Oleh karena itu dosen perlu sering bertanya kepada peserta tentang pengetahuan yang mereka miliki mengenai materi yang sedang atau akan diajarkan. Dosen perlu meluruskan pengertian atau konsep keliru yang terlanjur mereka terima semasa di SMA.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk disadari para dosen pengajar adalah sikap atau bagaimana peserta didik memandang peranan mata kuliah ini. Dalam hal ini saya berpendapat bahwa pilihan jurusan sangat berpengaruh pada keseriusan mahasiswa dalam mempelajari suatu mata kuliah, termasuk mata kuliah Akuntansi Pengantar. Para mahasiswa tahun pertama Jurusan Akuntansi memandang mata kuliah Akuntansi Pengantar sebagai mata kuliah pokok yang akan memberi landasan penting dan memberi pengaruh yang besar pada keberhasilan mereka dalam menempuh matakuliah-matakuliah akuntansi lain yang akan ditempuh pada tahun-tahun berikutnya. Penjelasan tentang hal ini biasanya telah mereka peroleh dari Ketua Jurusan Akuntansi pada saat mereka mengikuti Pekan Orientasi Studi. Pemahaman ini memacu keseriusan mereka dalam mempelajari Akuntansi Pengantar. Hal yang kurang lebih sama dijumpai pada para mahasiswa Jurusan Manajemen karena tidak sedikit mata kuliah di Jurusan Manajemen juga membutuhkan prasyarat mata kuliah akuntansi pengantar. Akan tetapi mahasiswa Jurusan ESP sering memandang mata kuliah ini hanya sebagai pelengkap semata. Pandangan ini sangat berpengaruh pada keseriusan mereka dalam mempelajari Akuntansi Pengantar. Oleh karena itu pada temu muka pertama, dosen perlu meluangkan waktu untuk menjelaskan peranan pengetahuan tentang akuntansi yang perlu dipahami oleh para mahasiswa ESP dan manfaatnya bagi mereka apabila kelak mereka telah lulus dari Fakultas Ekonomi. Dosen perlu memberikan wawasan yang dapat merangsang para mahasiswa bahwa dalam porsi tertentu akuntansi tidak hanya harus dipelajari oleh para calon akuntan, tapi juga oleh non-akuntan termasuk para ekonom.
Untuk membangun persepsi mahasiswa bahwa mata kuliah ini benar-benar diperlukan di semua jurusan, dosen sebaiknya memanfaatkan temu muka pertama dengan menjelaskan tujuan akuntansi dan dan hasil akhir akuntansi berupa laporan keuangan. Pertama-tama perlu diperkenalkan tentang dua laporan keuangan yang utama, yaitu laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan laba-rugi. Dengan berbagai cara yang menarik dosen bisa memberi contoh laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan dalam praktik. Sumber-sumber untuk ini mudah diperoleh melalui internet atau dari surat-surat kabar. Beberapa buku teks berbahasa Inggris mutahir melampirkan secara terpisah laporan tahunan yang diterbitkan perusahaan terkenal yang pasti dikenal mahasiswa yang di dalamnya memuat laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, Accounting Principles karangan Kieso dkk. melampirkan laporan tahunan Pepsy Cola. Sambil menunjukkan contoh nyata ini, dosen menerangkan siapa saja yang berkepentingan terhadap laporan semacam itu. Cara ini sangat bermanfaat untuk membangun pemahaman mahasiswa laporan keuangan benar-benar dibutuhkan masyarakat (investor, kreditur, dsb).
PEMBELAJARAN AKUNTANSI PENGANTAR I
Walaupun materi ajar Pengantar Akuntansi I relatif mudah, namun mengingat posisi yang sangat menentukan dari mata kuliah ini, dosen perlu mencermati beberapa bagian yang amat penting dalam proses pembelajarannya. Di bawah ini adalah catatan saya mengenai beberapa bagian penting dalam pembelajaran Pengantar Akuntansi I.
1. Persamaan Dasar Akuntansi
Materi pembelajaran Akuntansi Pengantar I secara keseluruhan mencakup apa yang disebut “Siklus Akuntansi”. Literatur-literatur mata kuliah ini biasanya memulai pembahasan dengan memperkenalkan Persamaan Dasar Akuntansi (Accounting Equation). Mengapa kita harus memulai pembahasan dengan membicarakan persamaan dasar akuntansi?
Buku-buku literatur untuk matakuliah Akuntansi Pengantar yang sekarang populer digunakan kebanyakan tidak memberi uraian panjang lebar tentang apa makna persamaan dasar akuntansi, padahal persamaan dasar ini selanjutnya akan menjadi model pencatatan yang dianut oleh akuntansi dengan metoda pembukuan berpasangannya (double entry bookkeeping). Dalam hal ini dosen dituntut untuk memberi uraian yang melatarbelakangi digunakannya persamaan dasar akuntansi sebagai landasan untuk melakukan pencatatan akuntansi. Apabila dosen hanya memperkenalkan persamaan dasar akuntansi tanpa alasan jelas dan kemudian langsung mendemonstrasikan pengaruh transaksi terhadap persamaan tersebut, dikhawatirkan mahasiswa akan menghafalkan akibat transaksi terhadap persamaan akuntansi tanpa memahami apa yang sesungguhnya terjadi atas ketiga komponen persamaan tersebut.
Walaupun sudah dianggap kuno, buku Accounting Principles karangan Ronald J. Thacker yang populer di Indonesia pada tahun delapanpuluhan, menurut hemat saya paling baik dalam memberikan gambaran mengapa kita sampai pada persamaan dasar akuntansi. Untuk masuk ke bagian yang penting ini, Thacker memulai bahasannya dengan memperkenalkan typical business operations yang sangat mudah dicerna oleh mahasiswa, untuk kemudian sampai pada apa yang disebut the central role of resources yang menggambarkan peranan dan arti pentingnya assets (aktiva) dalam pengelolaan bisnis untuk mencapai tujuan bisnis tersebut yaitu mendapatkan laba. Tahap berikutnya adalah menunjukkan asal atau sumber dari mana perusahaan memperoleh aktivanya. Pentingnya hubungan antara aktiva dengan sumber darimana aktiva tersebut berasal, dapat dilakukan dengan membuat schema yang menggambarkan aliran aktiva dalam operasi perusahaan pada umumnya. Dengan contoh-contoh yang berkaitan dengan transaksi aktiva, bahasan ini diakhiri dengan kesimpulan bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan akan selalu sama jumlahnya dengan sumber dari mana aktiva itu berasal, yaitu yang bersumber dari pemilik (modal), ditambah dengan yang berasal dari kreditur (kewajiban). Dalam hal ini dosen juga perlu waspada bahwa pengertian modal bagi sebagian mahasiswa yang baru mengenal akuntansi sering tidak seperti yang dibayangkan dosen, karena mereka sudah terlanjur mempunyai pengertian yang salah tentang modal. Selama ini sudah tertanam dalam benak kebanyakan mahasiswa baru bahwa yang dimaksud modal adalah kekayaan perusahaan, sehingga ketika mereka diperkenalkan dengan persamaan akuntansi, mereka sulit membedakan aktiva dengan modal
Kadangkala uraian yang sangat sistimatis dengan alur berpikir yang runtut sebagaimana dilakukan Thacker seperti di atas, masih juga kurang memadai untuk membawa mahasiswa sampai pada pemahaman bahwa aktiva di satu sisi harus selalu dihubungkan dengan sumber atau asal aktiva tersebut di lain sisi, sehingga timbul apa yang dikenal dengan persamaan dasar akuntansi. Sebagai upaya untuk menegaskan hubungan tersebut, pada tahapan ini perlu ditunjukkan hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi yaitu laporan keuangan, khususnya laporan posisi keuangan atau neraca. Tekanan diletakkan pada elemen-elemen yang membentuk posisi keuangan suatu perusahaan, yaitu aktiva di satu sisi dan sumber dari mana aktiva tersebut berasal di lain sisi. Dengan cara ini, maka setiap contoh tentang pengaruh transaksi terhadap persamaan akuntansi, langsung digambarkan akibatnya terhadap laporan posisi keuangan atau neraca. Kunci keberhasilan dari cara ini, adalah kemampuan dosen untuk memberi ilustrasi kepada para mahasiswa bahwa posisi keuangan perusahaan itu ditentukan oleh ketiga komponen yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan di atas. Jika kita hanya mengetahui aktiva perusahaan, hal itu hanya menggambarkan “kekayaan” yang dimiliki perusahaan, belum menunjukkan posisi keuangan perusahaan. Perusahaan bisa memiliki aktiva yang banyak tetapi posisi keuangannya buruk, sebaliknya perusahaan yang memiliki kekayaan yang lebih sedikit mungkin malahan memiliki posisi keuangan yang lebih baik. Hal ini ditentukan oleh sumber dari mana aktiva tersebut berasal. Oleh karena itu untuk menunjukkan posisi keuangan tidak cukup hanya dengan menunjukkan aktiva yang dimiliki perusahaan, tetapi sekaligus harus ditunjukkan pula komposisi sumber aktiva tersebut, yaitu kewajiban dan modal. Imbangan kewajiban dan modal menentukan baik buruknya posisi keuangan perusahaan.
Dengan tekanan pada posisi keuangan perusahaan yang komponen-komponennya sama dengan komponen persamaan dasar akuntansi, contoh-contoh transaksi pada tahap ini sebaiknya dibatasi pada transaksi yang tidak melibatkan pendapatan dan beban. Contoh transaksi biasanya terbagi atas transaksi yang mempengaruhi aktiva dan modal; aktiva dan kewajiban; dan aktiva dengan aktiva. Bila hal ini telah cukup difahami oleh para mahasiswa, barulah diperkenalkan transaksi pendapatan dan beban dengan cara langsung menambah atau mengurangi modal. Apabila persamaan akuntansi akan dimodifikasi dengan memasukkan pendapatan dan beban, maka persamaan akuntansi sebaiknya dinyatakan sebagai berikut:
|
AKTIVA = KEWAJIBAN + M0DAL + (PENDAPATAN - BEBAN) |
|
Saya kurang menyetujui penyajian persamaan dasar akuntansi seperti tertera di bawah ini:
|
AKTIVA + BEBAN = KEWAJIBAN + MODAL + PENDAPATAN |
|
Walaupun secara matematis penyajian di atas tidak keliru, tetapi untuk tujuan menerangkan hubungan antar komponen-komponen persamaan dasar akuntansi penyajian di atas sukar dipahami mahasiswa dan membingungkan. Sebaliknya penyajian cara pertama seperti disebutkan di atas akan lebih mudah dipahami, dengan catatan bahwa dosen perlu menerangkan terlebih dahulu hal-hal apa yang dapat mempengaruhi jumlah modal.
Pada tahapan ini saya berpendapat sebaiknya kita menghindari transaksi yang berkaitan dengan beban depresiasi aktiva tetap. Buku-buku teks terbitan Amerika yang banyak digunakan sebagai acuan kebanyakan sudah memasukkan hal ini sejak dini. Berdasarkan pengalaman saya, sulit sekali untuk menjelaskan kepada mahasiswa apa yang dimaksud dengan akumulasi depresiasi dan mencantumkannya sebagai pengurang (dalam tanda kurung) di sisi kiri persamaan akuntansi. Hal ini sebaiknya kita tunda sampai pada pembahasan jurnal penyesuaian.
Dengan telah dikenalnya transaksi-transaksi pendapatan dan beban dan pengaruhnya terhadap elemen-elemen persamaan dasar akuntansi, maka tiba gilirannya memperkenalkan laporan keuangan yang khusus menggambarkan hasil usaha perusahaan, yaitu laporan laba-rugi yang menggambarkan pendapatan, beban, dan laba atau rugi, selama suatu periode tertentu.
Keberhasilan dosen dalam menerangkan persamaan dasar akuntansi dan pemakaiannya, serta hubungannya dengan laporan keuangan, amat menentukan keberhasilan dalam menerangkan tahap selanjutnya.
2. Aturan Pendebetan dan Pengkreditan
Pemahaman tentang persamaan dasar akuntansi merupakan fundamen bagi setiap orang yang akan mempelajari akuntansi. Jika hal ini telah cukup dipahami, maka tibalah saatnya untuk mulai memasuki tahapan selanjutnya yaitu menjelaskan mengenai proses akuntansi. Pada tahap pertama diajarkan tentang pencatatan transaksi perusahaan dalam jurnal dan buku besar. Tahap ini merupakan bagian yang teramat penting sehingga dosen dituntut untuk sungguh-sungguh mencari metoda yang tepat agar mahasiswa benar-benar mendalami cara melakukan pencatatan.
Pertama-tama perlu ditegaskan bahwa pencatatan transaksi yang dilakukan dalam rangka menjelaskan persamaan dasar akuntansi bukan merupakan cara mencatat yang lazim dilakukan dalam praktik akuntansi. Dengan menggunakan persamaan dasar akuntansi, mahasiswa dilatih untuk menjabarkan pengaruh transaksi terhadap persamaan akuntansi dengan maksud untuk membiasakan mereka untuk melihat pengaruh atau akibat suatu transaksi terhadap elemen (atau elemen-elemen) persamaan dasar akuntansi. Cara penjabaran pengaruh transaksi dilakukan dengan menggunakan pola berpikir akuntansi yaitu pola berpikir yang selalu mengaitkan transaksi dengan aktiva, kewajiban, dan modal. Cara ini juga secara tidak langsung telah membawa mahasiswa untuk melakukan pencatatan dengan metoda pembukuan berpasangan (double entry).
Pola berpikir akuntansi yang tertanam dan dipahami mahasiswa merupakan titik tolak untuk membawa mereka mempelajari cara mencatat transaksi dalam alat-alat pencatatan yang formal yaitu dalam jurnal dan buku besar. Dalam hal ini hampir semua saya buku teks memilih untuk menjelaskan pencatatan dalam buku besar terlebih dahulu, walaupun dalam urutan kegiatan pencatatan pembuatan jurnal dilakukan sebelum pencatatan dilakukan di buku besar. Cara ini dipandang lebih efektif karena hal terpenting dalam proses ini adalah menentukan apa yang harus didebet dan apa yang harus dikredit.
Pada tahapan ini pertama-tama diperkenalkan alat atau tempat pencatatan dilakukan yaitu berupa akun atau perkiraan (account). Bentuk akun yang dianjurkan untuk digunakan sebagai pengenalan pertama adalah akun berbentuk huruf T (T account) tanpa kolom-kolom yang lengkap agar mahasiswa tahu bahwa pada prinsipnya akun memiliki dua sisi. Hindarkan penggunaan kolom-kolom lainnya agar konsentrasi mahasiswa hanya tertuju pada dua kolom (sisi) yang berbeda yaitu sisi kiri yang disebut debet dan sisi kanan di sebut kredit.
Penggunaan akun harus didahului dengan pengenalan sifat-sifat akun. Agar mahasiswa dapat menghayati sifat akun, sebaiknya diperkenalkan lebih dahulu sifat akun-akun neraca atau akun-akun riil. Sifat akun sebaiknya tidak diajarkan sebagai sesuatu yang berasal dari langit dan diterima mahasiswa sebagai bahan hafalan. Akan sangat besar manfaatnya bila sifat akun dijelaskan latar belakangnya. Sifat akun riil harus dikaitkan langsung dengan penyajian akun-akun tersebut dalam neraca. Jadi, karena aktiva disajikan dalam neraca pada sisi kiri, maka sejalan dengan itu bila aktiva ada atau bertambah, keberadaan atau pertambahan aktiva tersebut juga akan terjadi pada sisi kiri atau dalam akun disebut sisi debet. Sebaliknya apabila terjadi pengurangan pada aktiva, maka hal itu akan terajdi pada sisi kebalikannya atau pada sisi kredit. Hal yang sama dapat dijelaskan juga untuk sifat akun kewajiban dan akun modal.
Apabila sifat akun-akun riil dikaitkan dengan penyajian di neraca, sifat akun-akun nominal tidak bisa begitu saja dikaitkan dengan penyajian di laporan laba-rugi, karena laporan rugi laba biasanya disajikan dalam bentuk stafel. Oleh karena itu cara yang dipandang paling logis untuk menerangkan sifat akun nominal (pendapatan dan beban) adalah menghubungkan akun-akun nominal dengan akun modal. Akun pendapatan mempuyai pengaruh yang sejalan dengan akun modal, yaitu jika pendapatan bertambah maka modal juga akan bertambah dan sebaliknya, sedangkan akun beban mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan modal, yaitu bila beban bertambah maka modal akan berkurang dan sebaliknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akun pendapatan mempunyai sifat yang sama dengan akun modal (oleh karenanya jika bertambah harus dikredit dan berkurang didebet) dan akun beban mempunyai sifat berlawanan dengan akun modal (oleh karenanya jika bertambah harus didebet dan berkurang dikredit)
Bila sifat-sifat akun telah diperkenalkan dan latar belakangnya telah dipahami mahasiswa, maka tidak menjadi persoalan bila mahasiswa menghafalkan sifat-sifat akun tersebut. Mahasiswa jangan dipaksa menghafalkan sifat-sifat akun, tanpa memahami alasannya karena hal itu akan membuat mahasiswa terbiasa menghafalkan apa yang harus didebet dan dikredit dari setiap transaksi. Hafalan semacam itu biasanya disiapkan sekedar untuk menghadapi ujian yang hanya akan bertahan sesaat.
Cara penyampaian yang baik oleh dosen tentang sifat akun seperti diuraikan di atas hendaknya diikuti dengan pemberian soal-soal latihan sebanyak mungkin. Waktu yang disediakan untuk latihan hendaknya benar-benar diperhitungkan agar cukup memberi kesempatan berlatih, baik dikerjakan dalam kelas di bawah bimbingan dan pengawasan dosen, maupun dalam bentuk tugas-tugas untuk dikerjakan di rumah. Dosen hendaknya menyadari sungguh-sungguh bahwa pemahaman tentang aturan pendebetan dan pengkreditan akibat transaksi merupakan bagian yang teramat penting (kalau tidak bisa dikatakan paling penting) diantara semua kegiatan dalam rangkaian siklus akuntansi.
Apabila bagian ini telah dapat dilalui dengan baik, maka proses pencatatan lain seperti membuat jurnal dan posting ayat-ayat jurnal ke buku besar tidaklah merupakan bagian yang sulit untuk dipahami mahasiswa. Demikian pula pengenalan mahasiswa pada bentuk akun lain yang tidak sesederhana akun T, seperti akun bentuk saldo berjalan (runing balance) dapat dilakukan tanpa kesulitan yang berarti.
3. Pembuatan Jurnal Penyesuaian (Adjustment)
Sebagian besar mahasiswa yang pernah menempuh mata kuliah Akuntansi Pengantar I berpendapat bahwa materi kuliah yang paling sulit dalam Akuntansi Pengantar I adalah pembuatan jurnal penyesuaian. Demikian pula para dosen berpendapat bahwa menanamkan pemahaman materi ini tidaklah mudah. Menurut pengamatan dan pengalaman saya, kesulitan ini umumnya disebabkan oleh belum matangnya mahasiswa dalam melakukan pencatatan transaksi yang kunci pokoknya adalah pemahaman melakukan pendebetan dan pengkreditan ke dalam akun-akun yang sesuai. Dalam situasi demikian mahasiswa sebenarnya belum siap untuk diajari bagaimana membuat jurnal penyesuaian. Bila situasi kelas menunjukkan keadaan semacam itu, pemberian materi tentang jurnal penyesuaian sebaiknya ditunda. Akan lebih baik hasilnya jika porsi latihan tentang penjurnalan, posting ke buku besar dan pembuatan neraca saldo ditambah sampai materi tersebut benar-benar dimengerti.
Pembuatan jurnal penyesuaian sebagian besar berhubungan dengan apa yang telah dicatat pada waktu yang lalu yang hasilnya terpampang dalam bentuk neraca saldo di akhir periode. Bisa dibayangkan betapa sulitnya membuat jurnal penyesuaian apabila mahasiswa tidak bisa menginterpretasikan arti saldo-saldo yang tercantum dalam ringkasan hasil transaksi yang berujud neraca saldo tersebut.
Pertama-tama perlu dijelaskan tentang alasan mengapa jurnal penyesuaian akhir periode harus dilakukan. Dalam hal ini mahasiswa perlu diingatkan akan adanya beberapa konsep dasar yang telah diperkenalkan kepada mereka pada bab sebelumnya, yaitu konsep tentang pengakuan pendapatan (revenue) dan beban (expenses) yang didasarkan pada dasar akrual (accrual basis), serta konsep penandingan (matching concept). Konsep-konsep tersebut perlu dijelaskan dengan bahasa yang sederhana, karena ketiganya mendasari alasan mengapa pada akhir periode akuntansi perlu dilakukan penyesuaian. Pemberian penjelasan tentang konsep-konsep tersebut kepada mahasiswa baru bukanlah hal yang mudah. Dosen dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam menjelaskan konsep-konsep tersebut tanpa menyimpang dari pengertian yang sesungguhnya.
Pembuatan jurnal penyesuaian sebagian besar berkaitan dengan transaksi-transaksi accrual dan deferral. Untuk dapat membuat jurnal penyesuaian yang diperlukan pada akhir periode, mahasiswa dituntut untuk memahami kedua tipe transaksi ini. Oleh karenanya dosen harus sungguh-sungguh menyadari betapa sulitnya bagi mahasiswa baru untuk memahami hal tersenut. Tidaklah mudah bagi mahasiswa yang baru beberapa minggu kuliah di perguruan tinggi untuk memahami bahwa “beban yang dibayar di muka”(prepaid expenses) adalah aktiva. Karena istilah ini dimulai dengan kata “beban” maka dalam pikiran mereka istilah ini tidak ada bedanya dengan beban-beban yang lain. Oleh karena itu tekanan harus diberikan pada kata-kata “dibayar di muka” yang menjadikannya bukan merupakan kelompok beban melainkan aktiva.
Lebih sulit lagi adalah menanamkan pengertian bahwa “pendapatan diterima di muka” merupakan kewajiban atau utang. Mereka sering memiliki pengertian yang keliru bahwa yang disebut utang adalah sesuatu yang harus selalu dibayar atau dilunasi dengan uang. Oleh karena itu sulit bagi mereka untuk memahami bahwa jika perusahaan menerima sejumlah pendapatan sewa di muka, maka hal itu merupakan utang bagi perusahaan. Untuk itu dosen dituntut untuk bisa memberi contoh-contoh sederhana dengan transaksi-transaksi yang biasa ditemui para mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.
Hal lain yang menyebabkan pembuatan jurnal penyesuaian dirasakan sulit oleh mahasiswa adalah bahwa ayat jurnal penyesuaian yang harus dibuat tergantung pada ayat jurnal yang dibuat sebelumnya. Sebagai contoh, transaksi pembayaran beban di muka dapat dicatat dengan mendebet akun beban atau dapat pula dicatat dengan mendebet akun beban dibayar di muka. Jurnal penyesuaian yang diperlukan pada akhir periode, tergantung pada akun mana yang digunakan perusahaan untuk mencatat transaksi tersebut pada saat transaksi terjadi. Bisa dibayangkan betapa sulitnya menentukan jurnal penyesuaian yang diperlukan jika mahasiswa masih sulit membedakan cara pencatatan transaksi demikian. Oleh karena itu, sekali lagi perlu ditekankan di sini bahwa kematangan mahasiswa dalam mencatat (menentukan debet dan kredit) suatu transaksi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebelum mereka mempelajari pembuatan jurnal penyesuaian.
Mengingat tingkat kesulitan untuk memahami pembuatan jurnal penyesuaian cukup tinggi bagi mahasiswa baru, maka sebaiknya dalam satuan acara perkuliahan (SAP) mata kuliah Akuntansi Pengantar I, materi pembuatan jurnal penyesuaian dibatasi hanya untuk transaksi accrual dan deferral saja. Hal-hal lain yang memerlukan penyesuaian pada akhir periode sebaiknya diterangkan pada kesempatan lain atau dalam mata kuliah lain. Sebagai contoh, pembuatan jurnal penyesuaian untuk mencatat kerugian piutang dengan metoda cadangan, sebaiknya tidak diterangkan pada tahap ini, karena mahasiswa akan sulit sekali mencerna akun yang sama sekali asing yaitu akun Cadangan Kerugian Piutang (Allowance for Bad Debts).
Hal terakhir yang perlu ditekankan pada materi ajaran pembuatan jurnal penyesuaian ini adalah penegasan kepada para mahasiswa bahwa ayat-ayat jurnal penyesuaian dilakukan atau dibuat dalam buku jurnal, seperti halnya jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi-transaksi rutin. Ayat-ayat jurnal penyesuaian ini selanjutnya juga dibukukan (posting) ke dalam buku besar yang sama sebagaimana digunakan dalam pembukuan transaksi rutin. Hal ini perlu ditegaskan untuk mencegah kerancuan dan kebingungan mahasiswa sehubungan dengan digunakannya neraca lajur (worksheet) yang akan diuraikan di bawah ini.
0 comments:
Post a Comment