Ketua Dewan Pendidikan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Drs. Simon Riwu Kaho mengatakan, kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional untuk meningkatkan mutu pembelajaran bukan dengan melakukan ujian ulangan, tetapi harus melakukan Pengayaan dan Penguatan Pembelajaran Pada siswa.
Riwu Kaho mengatakan, ujian ulang merupakan kebijakan yang sangat tidak bijak karena menolong siswa untuk lulus ujian tetapi bukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. "Jadi kelulusan dan mutu itu sangat berbeda. Dinas Pendidikan harus memiliki Pedoman Pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam hal ini juknis silabus, sehingga bisa disosialisasikan kepada sekolah-sekolah. Nah, kalau tidak ada mau jadi apa?" kata Riwu Kaho.
Riwu Kaho mengatakan, Dewan Pendidikan Propinsi NTT sangat sepakat dengan kebijakan untuk meniadakan UN ulang karena sangat tidak mendidik siswa. Ujian ulangan hanya dilakukan untuk try out dan bukan untuk melengkapi nilai dalam UN utama.
Riwu Kaho juga menyentil terminologi siaga UN. Istilah ini, menurutnya, terkesan mengganggu psikologi siswa dalam pembelajaran. Para siswa akan terbebani dengan UN, seolah- olah UN adalah bencana sehingga harus siaga.
Menurutnya, persiapan anak menghadapi UN sebaiknya dilakukan sejak anak berada di bangku kelas I, II dan III dan bukan ketika telah berada di kelas III saja. Dengan demikian siswa yang dinyatakan naik kelas adalah anak-anak yang disaring di kelasnya masing-masing dan pada saat UN tidak perlu ditakuti lagi. Penguatan dan pengayaan pembelajaran harus diawali dengan penguatan manajemen kepala sekolah dalam mendesain pembelajaran di sekolah.
Kuncinya, kata Riwu Kaho, setiap sekolah dan guru harus membuat analisis ketuntasan belajar siswa untuk mengetahui daya serap anak. Dari hasil analisis ketuntasan ini, kepala sekolah bisa mengambil kebijakan untuk melakukan pemetaan, siswa mana yang belum tuntas untuk mengikuti remedial dan siswa mana yang tuntas yang selanjutnya diberikan penguatan dan pengayaan.
Menurutnya, proses pembelajaran saat ini bukan lagi anak menghafal tetapi membangun pemahaman dan pikiran anak untuk mencari jalan keluar sesuai dengan pemahaman anak dan bukan pikiran guru.
sumber: Pos Kupang
0 comments:
Post a Comment